Menurut Jisung, jika dirinya dan Felix berdiri di depan cermin, tidak ada satu pun dari fitur wajah mereka yang bisa mengindikasikan bahwa mereka kembar. Mata Felix tajam, mata Jisung sedikit sayu. Tulang hidung Felix lebih tegas dan tinggi, menciptakan kesan laki-laki itu lebih mancung daripada Jisung. Bibir mereka juga sangat berbeda, meski ukurannya sama-sama kecil, tapi Jisung rasa, bibir dia lebih tipis. Jadi, teman-teman kampus harusnya berhenti memanggil dirinya dan Felix anak kembar hanya karena ulang tahun mereka berbeda satu hari. Mengapa tidak ada yang bilang Chan dan Changbin kembar? Padahal di beberapa foto, mereka tampak mirip, belum lagi hobi mereka sama, Jisung bahkan tahu rahasia kecil tentang mereka berdua yang pernah menyukai orang sama. Juga tidak ada yang menyebut Seungmin dan Minho kembar? Kontur wajah mereka mirip, kadang mereka kedapatan mengenakan barang dengan warna atau motif sama, tidak ada yang berteriak Dasar anak kembar, yang ada orang-orang menggoda mereka sebagai sepasang kekasih padahal sudah jelas Seungmin punya pacar (bukan Minho, tentunya). Lalu, apa yang salah dengan dirinya dan Felix? Mengapa orang-orang bersikeras melihat mereka sebagai anak kembar? Tidak ada rumor keduanya berkencan seperti rumor yang menimpa dirinya dan Minho (mereka bersahabat sejak kecil, terlalu dekat sampai orang mengira Jisung terobsesi dengan Minho) atau Changbin dan Felix (Changbin menganggap Felix sebagai adiknya, sementara Felix menganggap Changbin sebagai sosok kakak pengganti Chan yang kelewat sibuk dengan klub sepak bolanya). Jisung benci orang-orang.
“Jisung!” sebuah suara yang ia kenal membawanya kembali ke dunia nyata. Hyunjin.
“Sendirian? Changbin mana?”
“Biasa, sama Chan.” Hyunjin duduk di samping Jisung, “gak sama Felix? Biasanya berduaan mulu kayakㅡ”
Jisung bersumpah akan menggunduli rambut indah Hyunjin bila dia menyebut kata sialan itu.
“ㅡorang pacaran.”
“Apa?”
“Kayak orang pacaran?” ulang Hyunjin pelan-pelan, takut ia menyinggung hati Jisung.
“Kayak orang pacaran?” kini Jisung yang mengulang kalimat itu.
Hyunjin mengangguk, “kalian berduaan mulu, kadang ketawa berdua kayak gak peduli sama sekitar. I mean, I thought you two were dating.”
Jisung menggeleng. Senyum sumringah enggan pergi dari wajahnya yang merona merah. Jisung benci orang-orang, kecuali Hyunjin. Hyunjin adalah sahabat yang baik.